<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11593199\x26blogName\x3dPPIA+Newcastle\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://ppia-nc.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://ppia-nc.blogspot.com/\x26vt\x3d-5048547431108541621', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

PPIA Newcastle

Perhimpunan Pelajar Indonesia Newcastle - Australia (Indonesian-Australian Student Society Newcastle)

PPIA Newcastle
PPIA (Perhimpunan Pelajar Indonesia-Australia or Indonesian-Australian Student Society) is an Indonesian student organization of Newcastle University, Australia. The members are mostly Indonesian Student and community, but anybody including Australian who wants to make friends and know Indonesian culture are welcomed to join.

Our club promotes Indonesian socio-cultural heritage, and promotes friendship through many activities. Most activities are social functions such as welcoming for new student and farewell for just graduated student, BBQ, and Indonesian Independence celebration.

PPIA-NC is actively involved in many activities run by University such as Cultural Awakening, and United Games. We also hold many social functions such as gathering for new student, BBQ, seminars, sport-for-fun and Indonesian Independence celebration.

Come and join us!

PPIA-NC committee
email: ppianc@gmail.com
Daftar Link Penting
  • KBRI Canberra
  • Konjen Sydney
  • PPIA NSW
  • Contributors

    Daftar Blog
  • PPIA James Cook Univ.
  • PPIA Tasmania
  • Australia's Vineyards
  • Australia in Pics
  • LayarTancap Blog
  • Rino's Blog
  • Hendragst's Blog
  • bayuh.com
  • Archives
  • September 2003
  • October 2003
  • December 2003
  • May 2004
  • July 2004
  • August 2004
  • September 2004
  • October 2004
  • January 2005
  • May 2005
  • June 2005
  • July 2005
  • August 2005
  • October 2005
  • February 2006
  • June 2006
  • February 2008
  • Thursday, August 11, 2005
    Indonesia Tanah Pusaka
    "Indonesia tanah air beta
    Pusaka abadi nan jaya
    Indonesia sejak dulu kala
    Tetap dipuja puja bangsa

    Di sana tempat lahir beta
    Dibuai dibesarkan bunda
    Tempat berlindung di hari tua
    Tempat akhir menutup mata"

    Sudah lama aku tidak dengar lagu itu, ketika mendadak teman kerja satu ruangan yang dari negara Cina menggumamkan irama lagu itu. Jangan-jangan aku salah dengar, kemudian aku minta dia untuk menyanyikan lebih lengkap, dan bernyanyilah dia. Persis iramanya, tapi tentunya dalam bahasa Cina.

    Aku sering menyanyikan lagu itu dulu waktu masih SD dan SMP. Sering dinyanyikan entah di upacara bendera ataupun di dalam kelas. Waktu itu menyanyikan lagu tersebut rasanya biasa-biasa saja. Tapi sekarang terasa agak beda. Liriknya terasa menyentuh. Menyentuh rasa sekaliguskan memilukan hati. Apakah Indonesia saat ini masih tetap di puja-puja bangsa?
    Kalau melihat kekayaan alamnya sih, siapa yang tidak ngiler. Tapi jika melihat sebagian anak bangsa yang masih berkelahi dengan sesamanya, saudara sendiri, satu daerah, belum lagi persoalan budaya Korupsi, Kolusi, dll dll, wah siapa yang tidak malu.

    Di bait terakhir dari lagu itu membuat aku teringat kalau saat ini masih terdampar di negeri orang. Walaupun semua hal lebih modern di negeri ini, tapi terasa panggilan tanah air masih lebih kuat. Rasanya tepat sekali ungkapan di kalimat terakhir lagu itu.

    Kembali ke masalah gumaman lagu temanku itu, ternyata lagu tersebut di Cina di perdengarkan sebagai lagu romantis yang sempat populer sekitar tahun 2000. Nah lho.. ternyata ada juga yang mengadopsi lagu nasional kita. Tapi berarti memang dahsyat gubahan lagu Ismail Marzuki ini.
    posted by bayu @ 7:23 PM   3 comments
    Kepekaan Jender (1)
    oleh: RindangiAku

    Kepekaan jender (gender sensitive) adalah jargon baru yang tidak semua orang berupaya untuk mengerti dan sikap peka jender memiliki sejarahnya sendiri. Tergantung pada perkembangan negara dan budaya masing-masing orang.

    Pada waktu memasuki usia sekolah dasar, anak-anak mulai mengerti peran sosial yang diberikan oleh jenis kelaminnya. Anak perempuan yang sejak kecil dilatih bermain boneka akan bermain ala perempuan besar yaitu main masak-masakan, ibu guru-ibu guruan dan anak laki-laki akan juga bermain bola dan kegiatan olah raga yang menguras tenaga dan suara.

    Di Australia, kepekaan jender anak sangat tinggi, begitu memasuki kelas 1 sekolah dasar, sekilas aku amati anak perempuan akan berkelompok dengan anak perempuan lainnya dan anak laki-laki akan bermain dilapangan atau bergerombol dengan sesama jenisnya. Peraturan yang menyangkut kepekaan jender dipatuhi sehingga tidak ada anak laki-laki yang berani memasuki toilet anak perempuan atau sebaliknya. Kepekaan jender yang sangat tinggi ini sedang aku dipertanyakan.

    Ingatanku menerawang pada tahun 70, masa memasuki sekolah dasar dan saat itu anak laki-laki dan perempuan sering bermain bersama. Permainan anak perempuan selalu tersedia seperti bola bekel, bermain congklak atau melompat dengan jalinan karet, tetapi bukan berarti anak laki-laki tidak boleh ikut permainan itu. Kadang permainan silang anak laki-laki dan anak perempuan biasa terjadi, 1 anak perempuan melawan 1 anak laki-laki atau 2 melawan 1 atau 2 lawan 2 atau segerombolan anak bermain petak umpet tanpa pembeda yang satu mengenakan rok dan yang lain bercelana. Tidak ada yang aneh pada zaman itu.

    Bukan pula suatu keanehan pada hari krida, biasanya hari sabtu, setiap anak disekolah dasar di Indonesia ikut membersihkan arena sekolah. Bagian yang paling sulit dibersihkan adalah kamar kecil alias toilet, anak laki-laki akan menolak membersihkannya sementara merekalah yang secara praktis menyebabkan bau akibat kurangnya siraman air dalam situasi toilet yang seharusnya digunakan dengan berjongkok. Kembali aku ingat, pada masa itu dan situasi semacam ini perlu dipertanyakan kembali dimanakah sumber ketidakpekaan jender anak bangsa yang pernah mengagung-agungkan Pancasila ini.

    Aku belum bisa menjawab pertanyaanku sendiri.
    posted by PPIA Newcastle @ 1:21 AM   1 comments
    Seorang pengusaha yang menghabiskan akhir pekannya
    oleh: RindangiAku


    Seorang pengusaha yang menghabiskan akhir pekannya dengan memancing pakai perahu di sebuah danau, menemukan sebuah botol yang terapung dan tertutup rapi yang segera dihampiri dan diambil oleh sang pengusaha.

    Penasaran..., si pengusaha membuka tutup botol, lalu tiba-tiba dari dalam botol keluar asap yang selanjutnya menebal dan mejadi Jin raksasa yang mengambang di depan si pengusaha.

    "Terimakasih tuan, tuan telah membebaskan saya, untuk ini tuan silahkan meminta tiga permintaan, saya akan mengabulkannya" kata Jin, seperti format biasa tanda terimakasih Jin yang dibebaskan oleh manusia.

    Setelah kagetnya reda, si pengusaha itu terdiam sejenak lalu dia berkata, "Baiklah Jin saya ingin tahun ini tiga kejadian besar terjadi di negeri saya Indonesia ini, pertama saya ingin nilai tukar rupiah di negeri saya ini kembali menjadi Rp. 2500 per 1 dollar US nya, kedua saya mau semua uang hasil korupsi baik oleh swasta ataupun pejabat pemerintah dikembalikan kepada rakyat dan semua pelakunya dipenjarakan, ketiga saya ingin hukum benar-benar bisa ditegakkan di negeri saya ini."

    Sang Jin berpikir sejenak kemudian, menggeleng-gelengkan kepala, pelan-pelan jasadnya kembali menjadi asap lalu berkumpul masuk kedalam botol itu kembali. Dari dalam botol si Jin berseru, "Tuan, tolong botolnya ditutup kembali!!."
    posted by PPIA Newcastle @ 1:15 AM   0 comments
    Tuesday, August 09, 2005
    Main Kucing-Kucingan
    oleh: Tulip05

    Belajar memang berat, tetapi secara fisik tidak cukup berat untuk membakar kalori yang menumpuk. Yang namanya mahasiswa, kalau lagi stress, makan merupakan salah satu pelarian. Akibatnya walau kerja keras dengan thesis, toh berat badan melesat dengan bombastis. Untuk menyeimbangkan kerja ‘mental’ dengan fisik, banyak mahasiswa mengambil pekerjaan mengantar pamflet. Mungkin lebih dari 50% mahasiswa Indonesia yang belajar di Newcastle Uni nyambi pekerjaan ini untuk alasan tersebut selain untuk nambah uang saku tentunya. Salah satu diantaranya adalah saya.

    Sore itu, seperti biasa saya menuju area tempat ‘jalan-jalan saya’. Setelah memarkir mobil, saya mengeluarkan tas ransel saya yang berisi berbagai macam katalog. Di sore hari seperti itu biasanya ada beberapa anak-anak yang bermain sepeda di depan rumah mereka, dan mereka selalu menyapa dengan riang. Beberapa anak perempuan bahkan membantu saya memasukkan katalog di kotak surat tetangganya. Orang dewasa pemilik rumah yang melihat saya memasukkan katalog di mailboxnya selalu berteriak ramah ‘Thankyou’ Ada seorang bapak yang selalu menunggu saya untuk memberi satu kaleng minuman ringan. Ada seorang ibu tua yang sengaja menghentikan saya hanya untuk mengatakan” I like your hair’. Ada juga seorang nenek yang selalu menunggu saya untuk menceritakan perkembangan kesehatan suaminya yang sedang sakit.

    Bukan hanya itu. Ada hal lain lagi yang membuat saya selalu menunggu jadwal saya mengantar katalog. Yang paling saya nikmati adalah bermain kucing-kucingan dengan seekor anjing. Kok bisa?

    Ada sebuah kotak surat yang selalu ditunggui oleh seekor anjing yang besar dan berbulu tebal. Tidak seperti anjing-anjing lain yang biasanya ramah (seperti pemiliknya) anjing ini agak gila hormat. Begitu mengetahui kedatangan saya, dia akan melompat-lompat sambil menggonggong dengan ributnya. Begitu besarnya dia, sekali lompat saja sebenarnya dia bisa keluar pagar. Tapi itu tidak pernah dilakukannya. Dia hanya berusaha mengancam saya agar tidak memasukkan katalog di mailbox yang dijaganya. Dia hanya ingin menunjukkan bahwa dia punya power. Awalnya saya ketakutan dan saya melampaui rumah itu. Tapi kemudian saya mencoba menaklukkannya dengan menyapanya, memujinya dan bicara ramah padanya. Ternyata dia takluk dan membiarkan saya menjalankan pekerjaan saya. Tetapi kemudian saya tertantang untuk mencoba memasukkan katalog tanpa harus menyanjungnya. Kebetulan sore itu dia sedang tidak kelihatan. Cepat-cepat saya masukkan katalog. Belum masuk sepenuhnya tiba-tiba dia datang dengan marahnya. Dia melompat dan mengambil katalog itu dengan mulutnya dan membanting-bantingkan ke tanah berulang-ulang. Dia benar-benar murka. Saya berlalu dengan perasaan puas karena bisa mengalahkannya.

    Hari-hari berikutnya, saya selalu tertantang untuk bisa memasukkan katalog di mailbox itu tanpa sepengetahuan si anjing besar. Kalau saya melihat dari kejauhan dia ada didekat mailboxnya, saya akan beralih ke area lain dulu. Saya berusaha untuk mencari kesempatan untuk bisa mengalahkannya. Saya sangat menikmati permainan kucing-kucingan dengan seekor anjing.

    Di negara maju seperti Australia, memang terlalu sedikit kesempatan bermain kucing-kucingan. Malah bisa dikatakan tidak ada. Semua peraturan jelas, dan setiap don’t (larangan) pasti ada do (kondisi boleh)nya. Misalnya “ Don’t be a tosser” (dilarang buang sampah sembarangan), dan dimana-mana ada tong sampah dua macam (satu untuk sampah biasa dan satu lagi untuk sampah yang bisa di daur ulang). Ada juga
    larangan merokok di suatu tempat umum, tapi ada ruangan khusus tidak jauh dari sana dimana perokok bisa menikmati rokoknya. Ini adalah contoh peraturan yang bijaksana.

    Dinegara kita tercinta ada banyak larangan, tapi tidak ada tempat ‘bolehnya’. Ada banyak tulisan “Dilarang membuang sampah sembarangan” , tetapi tidak ada tong sampahnya. Terpaksa kita bermain kucing-kucingan. Yang penting tidak dilihat aparat, buang sampah sembarangan tidak masalah. Juga tanda “Dilarang berjualan disini” padahal tempat itu strategis bagi para PKL. Maka para PKL tersebut belajar menjadi pemain kucing-kucingan yang ulung dengan TIBUM. Ada terlalu banyak contoh yang sebenarnya mendidik bangsa kita untuk pintar main kucing-kucingan. Dan saya cukup puas dengan kebiasaan main kucing-kucingan hanya dengan seekor anjing.
    posted by PPIA Newcastle @ 10:32 PM   1 comments
    Previous Post
    Misc





    CURRENT MOON
    lunar phases


    Template by

    Free Blogger Templates

    BLOGGER